Bacalah, bicaralah, tulislah!

Bacalah, Bicaralah, Tulislah!
depositphotos.com

SISIPAGI – Bacalah lalu bicaralah dan jangan lupa angkat penanya. Membaca dan menulis pesan yang ingin disampaikan pada deret bait sederhanya yang saya tuliskan beberapa tahun lalu. Selamat Menikmati!

Oleh: ar, 2020

Kawan hari ini bacalah 
sanubarimu amatilah
rasakan semua perih
lalu bebaskan dan tulislah!

Bukankah hari ini kita ada
di bumi pertiwi yang kaya
lalu arti kekayaan hanya harta
ohhh tidak, kekayaan itu cita-cita!

Maka awal melihat aksara itu
angkatlah pena lagi kawan
walau kau harus dilempari batu
majulah dan berani melawan

Kawan, kau punya suara lantang
di dinding sejarah yang panjang
aku yakin semua akan berlembar
catatan juangmu yang tak gentar

Lalu angkat lagi pena sejarah
catatlah jejak langkah
yang jadi lembar penutup hari
untuk kita esok nanti.




Yogyakarta,2020

Kawan Bacalah

Cakrawala baru selalu menunggu mata dan pikiran kita untuk dilahapnya saban hari. Ya, diluaran sana tersaji banyak wawasan nan cakrawala luas yang kian mencerahkan.

Misteri terbesar dalam perjalan awal wahyu alias Al-Quran diturunkan adalah perintah membaca. Bukan perintah lainnya sedang zaman itu masih jahiliyah (butu huruf).

Untuk misteri di atas Kawan. Maka bacalah!

Kekayaan itu Cita-cita

Kala ibu pertiwi telah menangis sedih, rahimnya diperkosa oleh tambang dan eksploitasi uagal-ugalan. Siapkanlah pundak kuat kita untuk membuat ibu pertiwi kembali tersenyum.

Kawan. Ingat, kekayaan kita adalah cita-cita alias harapan yang selalu diperjuangkan!

Generasi bangsa bisa saja kehilangan kekayaan negerinya akibat penjajahan dan kini eksploitasi oleh rakusnya elit sendiri. Tidak mengapa, jangan sampai cita-cita sebagai kekeayaan terbesar yang tersisa.

Majulah dan berani melawan

Setelah kuat atau bisa bersuara lantang maka lawanlah! Kita tak perlu takut dicap atau dilabeli apapun.

Bukankah Pangeran Diponegoro dianggap pemberontak, Jendral Sudirman pun demikian. Hingga Bung Karno dinaggap anarkis oleh rezim dengan hukuman penjara untuk beliau.

Pahlawan kita dahulu melakukan perlawanan. Hari ini kenapa kita masih memilih diam?

Lembarkan catatan juangmu

Dengan menulis aku ada, dengan menulis aku hidup, dengan menulis aku membaca, dengan menulus aku dibaca..

KH. Zainal Arifin Toha, Aku Menulis Maka aku Ada, 2009

Menulislah! Dengan menulis suara hingga tapak perjuanganmu bisa diabadikan.

Generasi pelanjut kelak akan menemukian mutiara spirit perjuangan yang menginspirasi. Maka menulislah!

Angkat pena itu, menulislah lagi

Pena yang menari di atas kertas polos itu akan mewarnai peradaban sebuah bangsa bahkan memberi cakrawala baru bagi generasi. Kawan, angkatlah pena kalian.

Angkat saja pena itu dan biarkan ia menari di kertas itu. Jangan ragu!

Salam Penutup

Jika Zainal Arifin Toha dalam bukunya Aku Menulis Maka Aku Ada mengatakan “lewat menulis seseorang akan terus dicatat”. Maka menulis setidaknya menggores kesan keabadian bagi bingkai sejarah umat manusia.

Salam

Kilik, membaca tuntas, dan komentar. Sangat berarti untuk penulis/editor. Terimakasih. Tertanda Management SISIPAGI. 

TeMen (Teman Menulis): Sebuah Perjalanan Literasi untuk negeri

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.