Bagaimanapun Ide perlu dibicarakan

Bagaimanapun Ide perlu dibicarakan
unsplash by. Nick Fewings

sisipagi.com – Gagasan memang perlu dibicarakan.  Sebagaimana kebutuhan makan setiap harinya. Rasanya manusia juga perlu membicarakan ide saban harinya. 

Ruang sinis untuk ide gila 

Seringkali ketika kita membicarakan gagasan, sebagian orang menanggapi sinis bahkan berani mencemooh kita dengan beragam ide-ide gila kita. Jangan baper atas tanggapan itu karena memang tidak banyak manusia yang nyaman dengan beragam ide gila (hahaha). 

Ada saja sinis dan ujaran mempertanyakan mana aksinya. Lah, aneh juga pertanyaan ini. Kan masih sebatas gagasan kita belum beraksi di lapangan emang. Aneh!

Entah kenapa saya terpanggil untuk menuliskan dan mendiskusikan hal paling fundamental di manusia ini. Yaitu tentang pikiran atau gagasan. 

Mempertanyakan ide besar atau gagasan kita?

Soal gagasan. Satu pertanyaan mendasar, kenapa kita jarang membicarakan gagasan? Jarang sekali ngobrolin gagasan? Pertanyaan selanjutnya, beranikah kita memulai untuk selalu membicarakan gagasan? 

Jawablah pertanyaan di atas di hati dan pikiran masing-masing kita. Apapun jawabannya tentu membuahkan satu refleksi atau pemikiran mendalam betapa ide begitu pentingnya dibicarakan.

Krisis pemikir besar 

Plato akhirnya dalam bukunya yang membicarakan ide. Ia paparkan jelas, bahwa orang kecil membicarakan orang, orang biasa membicarakan peristiwa sedang orang besar membicarakan ide. 

Hari ini kita semua krisis pemikir besar. Di dunia politik para pemimpinya berpikir pragmatis. Sangat sedikit berpikir ideologis yang serius memperjuangkan gagasan besarnya. 

Sangat transaksional. Tidak ada percakapan hal-hal besar. Arah peradaban kita mendatang. 

Yang tersisa hanya, “aku dapat kursi mentri gak?” di kabinet zaken lagi, Uppsss. Siapa tau negera konoha juga ikutan bentuk kabinet zaken. 

Tolak ukurnya uang bukan gagasan lagi

Ronggo Warsito tepat sekali mempopulerkan istilah zaman edan. Sudah terbalik, dulu gagasan diperjuangkan lalu hari ini yang diperjuangkan semata hanya untuk uang. 

Tentu fenomena ini jadi ancaman bagi dunia ide itu sendiri. Bahasa kampung saya menyebutnya world of ideas hehehe. 

Tapi tenang saja. Kendatipun Plato menangis jika menyaksikan fenomena matinya ruang ide. 

Kami segelintir penulis amatir ini masih menjaga asa pentingnya. Menulis berangkat dari ide dan tak selamanya tolak ukurnya uang. 

Ya, kami penulis kerjanya senyap lagi tetap. Walau di luaran sana banyak yang menganggap kami tak memiliki kerja tetap. Tetaplah ini sebuah fakta bahwa penulis masih belum mendapat penghargaan yang baik di negeri konoha khususnya. 

Senerai penutup: Bagaimanapun…

Tulisan sederhana ini bagaimanapun ditulis berdasarkan ide dan kegelisahan. Bahwa ia tetaplah perlu dibicarakan. 

Kita bernegara itu lahir dari gagagasan besar bernama Indonesia. Jangan sampai mati ya. Bagaimanapun kita rawat gagasan besar ini sama-sama. 

Salam 

Kilik, membaca tuntas, dan komentar. Sangat berarti untuk penulis/editor. Terimakasih. Tertanda Management SISIPAGI.

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.