Sisipagi.com – Malam dan dini hari dingin kali ini saya mencoba untuk mencoret sedikit catatan harian yang secara garis besar bersinggungan dengan refleksi diri atau sebutan apapun itu. Pembaca bebas melihat dan membaca tulisan ini sebagai refleksi atau sebuah catatan filosofi tentang kehidupan. Intinya mari sama-sama merenungi ulang perjalan panjang kita hingga kini seberat apapun itu.
Beratnya masalah bukan alasan untuk lari darinya
Beberapa waktu lalu dan beberapa hari lalu saya menjalani peristiwa begitu terasa berat untuk saya pribadi dan pasangan. Detailnya tak perlu diceritakan sedemikian rupa, saya dan pasangan akhirnya hanya bisa pasrah tapi tidak menyerah.
Memilih untuk tidak menyerah terhadap sebuah masalah sebesar apapun dan seberat apapun terkesan “menindas” diri kita. Padahal saya memahami hal inilah yang membuat kita memiliki benteng dan kokohnya diri kita dalam sebuah tempahan perjalanan. Ini bisa kita sebut dengan “kuliah” panjang sebagai mahasiswa di “universitas” kehidupan.
dr. John Gottman dalam bukunya The Seven Principles for Making Marriage Work menyebubtkan kaitanya dengan sebuah hubungan atau relationship. Ketika sebuah hubungan terbiasa lari dari masalah dan selalu menghindar ketika dilanda masalah maka hal ini akan memicu kerusakan sebuah hubungan. Lanjutnya, akan menciptkan hubungan yang tidak saling percaya satu sama lain.
Teruraikan sebuah masalah dengan bertahan
Kadang kita hanya butuh bertahan kata salah satu komedian kawakan tanah air Pandji Pragiwaksono dalam sebuah obrolannya di media sosial. Dia mengingatkan kita dalam menghadapi masalah kita hanya perlu bertahan dan nantinya akan terurai sendiri.
Masing-masing orang memiliki caranya sendiri untuk bertahan, jadi tugas kita kadang dalam menghadapi masalah sebesar apapun hanya butuh bertahan aja nanti akan terurai dengan sendirinya kok.
Pandji Pragiwaksono
Bersahaja dalam menghadapi masalah bukan berarti meremehkan masalah itu sendiri. Membiarkan terurai dengan sendirinya adalah melibatkan Tuhan dan kita selalu merasa bahwa banyak tangan-tangan baik lainnya turut serta.
Ketika sebagian kita nonton filem Lord of the Rings lihatlah Frodo Baggins dalam perjalanan menghadapi masalah menghancurkan cincin kuno alias cincin artefak yang berbahaya. Ia bertahan dan dibantu oleh temannya, misi itu pun berhasil walau tampak mustahil.
Ketika kita menyapa masalah besar ternyata ada yang Maha Besar
Bagaimanapun besarnya masalah kita sebagai umat manusia akan percaya bahwa ada Tuhan yang maha besar. Terlebih dan khusus bagi muslim kita semua meyakini bahwa ada kekuasaan Allah yang Maha Esa dan kebesaran-Nya tidak ada yang bisa menandingi.
Inilah mengapa doa dan usaha dalam meghadapi segala rintangan mutlak harus dimainkan bak dua kepakan sayap tidak terpisahkan. Langkah luhur ini nyata adanya usaha tanpa doa bagai kebutaan dan sebuah kegilaan.
Dan percayalah doa tanpa usaha hanya akan menjadi kutukan mantra yang membuat diri semakin terpuruk. Usaha di sini bisa dimaknai kepasrahan tinggi tanpa menyerah dan mundur sedikitpun alias bertahan dengan cara terbaik dan paling menyehatkan bagi tubuh dan pikiran kita masing-masing.
Ketika cinta, cita dan cita menyatu
Saya dan pasangan hanya bisa bertahan dan pasrah sembari berdoa kalo kami berdua dihadapkan dengan masalah. Ya, sebesar apapun masalahnya tak jarang tangis air mata itu membanjiri, tapi kami percaya tangis kami adalah tabungan kebahagiaan.
Kala kami berdua menangisi beratnya masalah, lalu saling tatap dan saling mengingatkan untuk ibadah kemudian saling memeluk satu sama lain. Hangat cinta itu kami rasakan satu sama lain.
Tetes air mata dan tangis bercucuran deras. Hanya ada pelukan hangat. Tapi satu hal kami berdua masih punya misi dan cita-cita yang perlu dikejar. Jadi, hidup harus terus berjalan! Pilihannya hanya bertahan dan terus berjuang.
Begitulah ketika peristiwa cinta dan cita-cita telah memyatu. Hanya tersisa spirit menetap saling menatap hati lebih dalam satu sama lain.
Biarkan benteng kokoh “abadi”
Waktu untuk menunaikan ibadah pun kunjung tiba di sore merona senja sedikit mendung hari itu. Sentuhan sejuk air wudhu dan lembutnya sajadah menjadi saksi air mata yang menyirami kokohnya benteng cinta kami berdua.
“Setelah kesulitan ada kemudahan” arti dari ayat suci lagi agung dengan bahasa arab seadanya entah kenapa ayat yang terucap di bibir pada rakaat ke dua shalat maghrib penghujung sore itu menghujam tajam ke hati. Ternyata sebuah isyarat betapa cinta kita hari ini alias malam nanti akan diuji dengan kesulitan.
Kekasih hati menyebutnya malam yang mencekam. Sungguh hati kami hancur lebur, luluh lantah dan tak berdaya kala mata-mata dan nurani-nurani mati lagi keji menghakimi kami dengan cara paling keji penuh kepalsuan dan kemunafikan.
Hati ini meyakini bahwa biarlah terpaan dan ujian ini menjadi benteng memperkokoh abadinya cinta kami berdua. Semakin dekatlah kemudahan dan kebahagian serta segala yang dicita-citakan menyapa segera.
Tentunya doa sebelum mencekamnya malam itu begitu syahdu, lirik dan getar bibir yang basah membawa kami tersentuh oleh lembutnya rahmat Ilahi, terselimuti oleh kuatnya magfirah lagi ampunan-Nya. Kami mengadu dan meminta padanya dalam khusuyuknya hati sang hamba pada Maha Kuasanya Tuhan.
Tuhan, Bantu kami kuat dan bertahan
Hanya ada kepasrahan dan memilih untuk tidak menyerah. Doa dan berjuang kami tempuh hingga hari ini kami percaya bahwa segalanya akan berakhir indah.
Raga kami mungkin boleh dipisahkan sementara waktu, namun hati berbalut rindu tertautkan doa yang kian dilangitkan tanpa henti jadi senjata. Kezaliman dari zaman Nabi Musa AS hingga Baginda Nabi SAW selalu bisa luluh lantah. Sekuat Fir’aun yang mengaku dirinya tuhan juga hancur sehancurnya karena kezaliman yang dia perbuat.
Tuhan akan berpihak pada orang yang dizalimi, kemenangan bisa saja tertunda tapi datangnya kemenangan selalu mutlak dan indah pada saatnya. Bersandar pada Maha Kuasa-Nya adalah jalan paling luhur.
Jika harus menulis surat cinta untuk Tuhan. Izinkan jemari ini mencatutkan untaian lirih, “Tuhan kami sedang gelap, sebagaimana Nabi Yunus AS dalam perut ikan yang hanya berharap pertolongan-Mu begitupun kami memohon pertolongan Maha Dahsyat atas Kuasa-Mu. Ampuni kami dan rahmati kami dengan rahmat ampunan seiring pertolongan.”
Senerai Untaian Penutup
Bertahanlah untuk tidak lari dari masalah sebesar apapun, ia pun akan terurai jika kita percaya bahwa ada sang khalik (pencipta) itu Maha Penolong. Ketika balutan cinta menyelimuti hati dan cita-cita itu mendekat menyapa mesrah. Semencekam apapun hari tetaplah bertahan dalam lirih doa paling panjang yang kian dipanjatkan.
Salam.
~~~
Untuk kalian yang peduli dan menikmati tulisan ini lalu berkenan memberikan tip buat penulis, caranya? Silahkan klik laman berikut: tip dan jajan penulis , terimakasih.
Leave a Reply