SISIPAGI – Kiranya bulan Oktober ini berkenan untuk saya ucapkan satu kata. Ya, “TERIMAKASIH”.
Oktober telah membawaku pada pada satu asa untuk kembali hidup menyalakan semangat. Tentang “api” berkarya lagi dengan sejuta asa.
Jenuh itu membawaku ke kampus
Terbilang 8 bulan hasrat menulis mulai rapuh beberapa bulan yang lalu. Lalu dikuatkan oleh seseorang yang saya simpan namanya di kontak dengan sebutan my future wife maaf jika saya menuliskan dalam bahasa kampung saya hehehe. Intinya, sosok hebat ini menguatkan.
Dan sosok ini itu mengobati titik nadir paling jenuh dalam hidup saya. Dia bershasil jadi pendorong alasan kuat kenapa saya menulis dan berbagi ilmu lagi,
“menjadi pengajar itu pengabdian mas” ujarnya menenangkan hati saya.
Kemudian dari titik jenuh ini saya mengambil satu keputuan besar dalam perjalanan kedepan. Memantapkan hati untuk ke kampus lagi.
Berbagi ilmu (pengabdian) dan mencari rezeki di kampus. Singkatnya, kota Samarinda adalah kota yang akan yang akan saya arungi kampus-kampusnya. Tentu memilih kota ini memiliki alasan personal tersendiri.
Oktober dan awal di kampus
Alhamdulillah, tibalah di Samarinda. Rasa syukur itu bertambah kuta kala baru saja tiba beberapa hari tawaran menjadi dosen pengganti pun tiba-tiba ada dihadapan.
Ternyata tawaran itu jadi dosen pengganti datang lagi untuk beberapa waktu kemudian. Selain berbaik sangka ini rencana baik Allah, karena berkali-kali tawaran itu datang maka saya menyebutnya dosen “serabautan” hehehe.
Kawan dosen alumnus Jogja-lah yang menawarkan jam ngajar. Untuk dosen serabutan ini. Terimakasih untuk kawan baik hati, saya ucapkan jika sempat membaca tulisan sederhana ini.
Fakultas sastra dengan mata kuliah kepenulisan jurnalistik jadi kelas perdana saya. Berbagi ilmu ini jadi liapat syukur tak ada hentinya sebab dunia kepenulisan adalah hal menyenangkan. Tawaran untuk hal tersebut saya ambil tanpa mikir panjang sedikitpun.
Kisah perjalanan awal kembalik ke kampus lagi. Tidak pernah menggeluti sastra secara formil, hanya saja mencintai dunia ini lalu menuliskan banyak tema tentang sastra. Tuhan pun mentakdirkan untuk berbagi kepada mahasiswa tentang pengalaman panjang di dunia kepenulisan.
Oktober dan virus di alam kepenulisan
Tidak hanya melakoni peran sebagai dosen serabutan. Oktober akhirnya membawa saya aktif menulis lagi. Sebelum kelas mulai, setidaknya rampung (selesai) satu artikel ringan.
Mahasiswa akhirnya bisa menikmati tulisan sebelum kelas dimulai. Bahasa kerenennya, mereka sarapan tulisan sebelum kita sama-sama belajar di ruang kelas.
Beberapa diantara mahasiswa akhirnya juga ada yang mulai berani menulis dan menerbitkan artikel mereka. Ini sebuah mata uang baerharga bagi saya terharu dan tak bisa berkata-kata generasi gen Z menyebutnya spechless.
Syukurlah mereka terjangkiti virus baik. Tentang semangat menulis bahkan berani untuk mulai menulis. Sesi ini akan kita bahas pada tulisan berikutnya karena surat-surat dari mahasiswa membuat saya terharu, mereka menggap ternyata menulis itu mudah.
Terimakasih Oktober untuk sebuah awal perjalanan
Tidak hanya itu beberapa teman dekat saya Firmansyah dan Boytriadi jadi tandem menulis dan membaca. Mereka diantara banyak kawan lainnya yang asyik untuk saya ajak ngobrol dunia kepenulisan, buku dan diskusi banyak hal. Thanks brother
Kembali, bulan Oktober juga hampir tiap hari jemari ini bisa menulis dan menerbitkan artikel. 29 artikel sederhana ala goresan amatur writer alias penuls amatiran berhasil terbit dalam satu bulan.
Alam kepenulisan ini memberikan banyak dampak ternyata. Salah satu tulisan kurasi (merangkum tulisan tua) saya tentang “menulis dan kesehatan mental” ditanggapi positif oleh penulis lainnya Ah. Syahrul Ansori dalam catatannya.

Sampai jumpa Oktober
Oktober benar-benar memberikan hadiah istimewa. Semoga keberkahan Oktober mendatang juga di November ini tak kalah serunya. Aaamiiin.
Salam
Kilik, membaca tuntas, dan komentar. Sangat berarti untuk penulis/editor. Terimakasih. Tertanda Management SISIPAGI.
Leave a Reply