sisipagi.com – Sastra Wangi? Sebagian dari kita mungkin masih asing.
Kurasi tulisan mahasiswa #1
Sebagai dosen saya mencoba mengkurasi tulisan mahasiswa. Kali ini datang dari mashasiswa sastra.
Goresan mereka menarik untuk kita simak bersama. Selamat menikmati!
Anda Gen Z? Seberapa sering anda membaca sastra wangi?
By. A’isyah Nurul Hikmah (Mahasiswa Sastra)
Apa itu sastra Wangi?
Sastra wangi dulu masih di anggap tabu tapi sekarang sering ditemukan di berbagai cerita buku novel. Hal ini bukan bau parfum tapi disebut sastra wangi karena mereka membahas karya sastra secara blak-blakan dan vulgar.
Sastrawan yang sering membahas sastra wangi adalah Dewi lestari dengan beberapa karyanya yang sering disebut “Fragant letters”. Sastra tersebut biasanya ditulis oleh sastrawan perempuan untuk mengangkat isu feminisme karena maraknya patriarki pada masa itu.
Kita sering mendengar kata patriarki dimana para lelaki lebih dominan dan para perempuan
dianggap lemah. Peran perempuan yang disuruh menetap di rumah sebagai ibu rumah tangga padahal banyak sekali perempuan di luar sana yang menjadi tokoh penting.
Isu Feminisme
Karena hal itu di angkatlah isu feminisme untuk membantah bahwa para perempuan bisa
mandiri tanpa bantuan lelaki. Dalam salah satu karya Ayu Utami yang terbit pada tahun 1998 berjudul Saman, karya ini muncul bersamaan istilah sastra wangi.
Sastra wangi menolak pandangan rendah terhadap perempuan. Karya Saman ini mengkisahkan seorang perempuan yang memperjuangkan hak dan otoritas
perempuan dan menuntut kesetaraan gender.
Perempuan sering dijadikan budak pada masa itu bahkan untuk mengejar pendidikan hanya sedikit perempuan yang mendapatkan hak itu. Karena sastra wangi menggunakan bahasa yang vulgar justru dari situlah keunikannya.
Novel dan Perempuan hari ini
Bahasa yang vulgar dahulu di anggap tabu karena tidak sering digunakan membuat masyarakat pada masa itu tidak terbiasa. Tapi bagaimana dengan masa kini?
Di masa gempuran digital yang disebut milenial ini banyak sekali karya sastra yang
menggunakan kata-kata vulgar. Feminisme sering kita temukan pada novel-novel bergenre
romantis atau genre 21+ yang memang dilayakkan untuk orang-orang dewasa.
Ge Z membaca sastra Wangi
Bagaimana dengan anda? Apakah anda termasuk masyarakat milenial? Atau gen Z? Seberapa sering anda membaca sastra wangi?
Tanpa kalian sadari sebenarnya kalian sudah sering membaca sastra ini karena alur cerita kebanyakan penulis di zaman sekarang banyak yang menggunakan isu feminisme dimana perempuan ditekan tidak usah berpendidikan tinggi hingga akhirnya mereka bisa mandiri walau harus melalui berbagai ujian.
Penggunaan kata vulgar bisa banyak ditemukan pada masa ini. Dan kebanyakan para remajalah pembaca setianya, terlepas dari hal itu sastra wangi mengedukasi kita untuk jangan membiarkan patriarki mengikat kita karena kita memiliki hak untuk memilih pilihan kita sendiri.
Zaman sudah berubah dimana para perempuan bisa membiayai diri sendiri tanpa harus adanya para lelaki walau patriarki masih ada sampai detik ini.
Salam
Saduran ini adalah tugas kuliah mahasiswa sastra pada mata kuliah kepenulisan jurnalistik. Tulisan mendapat sentuhan teknis dari saya sebagai dosen sekaligus editor dalam mengkurasi tulisan.
Leave a Reply