Izin, Virus Menulis Aku Sebar Lagi

Izin, Virus Menulis Aku Sebar Lagi
by. Dwi Asy Syafa'Atul Ulyah

Tentang menulis dan “virus” bahaya didalamnya. Jangan menulis!

> Seutas kata seretas buah pikiran aku persembahkan dengan segenap jiwa dijeruji tinta yang memenjarakanku selamanya

Dsn. Kayangan, 13 Rajab 1446 H

Virus berbahaya, jangan dibaca!

Memulai goresan dengan ledakan dan letupan. Menggebu-gebu lagi buru-buru menebar sebuah virus jahat.

Sedikit “propaganda”. Tulisan kali ini jangan dibaca tuntas.

Hanya akan menambah penyakit baru bagi kalian yang sudah punya tumpukan penyakit. Ditambah lagi virus jahat itu kian menggorogoti tubuh selamanya tanpa ada suntikan vaksin penangkalnya.

Vaksinnya: doktrin radikalisme

Lanjut, mari kita buka tulisan ini dengan sebuah ketakutan. Ya, takut jika nantinya kalian akan terpenjara di alam tinta.

Siang malam berkarya. Istri ngomel, mertua sinis, ayah dan ibu kandung sudah angkat tangan dan bilang “terserah!”.

Ini konsekuensi berlebihan dalam mencintai dunia kepenulisan. Hingga detik ini memberi virus pada kalian yang mas membaca.

Padahal sejak awal tulisan saya menyarankan. Untuk tidak membaca tulisan berbahaya ini.

Yuk, menulis di balik liarnya pikiran

Menulis lalu menebarkan semangatnya. Inilah virus berbahaya itu.

Tapi lebih berbahaya lagi jika pikiran liar kita tidak tersalurkan. Tulisan adalam alam terbai bagi pikiran yang awalnya sampah dan kian menjadi urain berlian.

Alam liar saja menyimpan banyak kekayaan. Bagaimana dengan pikiran itu sendiri.

Percayalah. Semakin liar sebuah pemikiran maka ia akan memercik banyak buah-buah kecemerlagan.

Bisa jadi hari ini pikiran kita tidak diterima. Namun keliarannya ia menjadi relevan di masa mendatang.

Jika setuju dengan argumen liar di atas hehehe. Silahkan dicoba dan tuangkan melalui tulisan segala keliaran pikiran anda.

Berkaryalah! maka akan mampu

Menulislah! Zainal Arifin Toha dalam bukunya, *Aku Menulis Maka Aku Ada* mengatakan “kemampuan akan menyusul, jika kita telah memiliki kemauan”.

Layaknya orang yang memiliki kemauan bisa nyetir mobil. Berawal dari memanaska mesin mobil dan mencoba transmisi (pindahin gigi) secara manual tanpa menjalankan mobil selama 3 bulan. Pada bulan ke 4 empat ia kaget ternyata bisa mengendarai bahkan semakin paham soal mesin mobil.

Kasus di atas berawal dari kemauan, setuju? Begitulah dengan dunia kepenulisan.

Tentang hari-hari tanpa tulisan

Pada artikel beberapa waktu lalu. Saya pernah menuliskan diary semacam curhatan betapa hampanya hari-hari selama 8 bulan lamanya tidak menulis.

Di atas terjadi karena salah memilih pasangan. Namun akhirnya kini menemukan pasangan tepat lagi halal, menulis adalah hal yang selalu didukung olehnya (Ma Wife).

Kebiasaan menulis sejak remaja adalah kegiatan yang sulit dihentikan. Jika berhenti memang ada masalah serius.

Biasanya masalahnya keuangan. Berharap pada tulisan saja maka kantong biasanya mengalami kanker alias kekeringan kantong hehehe.

Hal di atas masalah. Tapi bukan alasan untuk tidak menulis. Semoga bisa dipahami ya sobat semua.

Senerai Penutup: Izin sekali lagi …

Sebuah virus berbahaya yang ingin saya sebar adalah dunia kepenulisan. Menjadikannya nafas untuk saban hari, dunia nan fana.

Adakah yang lebih berharga. Untuk kita tinggalkan kecuali mewariskan kemanfaatan.

Kita pernah mendengar sedekah jariyah. Istilah ini sederhanya, amal kita yang tak putus pahalanya karena memberikan saduatu atau harta karena Allah.

Sebagian kita bisa jadi tidak mampu bersedekah. Menulis semoga jadi alternatif untuk memberi manfaat.

Semoga. Dengan tulisan sederhana ini virus jahat itu tertular. Aaaamiiin.

Salam.
Dsn. Kwaron (Kediaman Gus. Riza/ Cucu Hadratussyaikh), 17 Rajab 1446 H.

Albar Rahman

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.