Hari yang paling bahagia adalah mampu menjalankan ritual apa adanya, penuh hikmat lagi mewarisi sesuatu yang berharga lagi bermakna (tulisan). Kopi di pagi hari bersama buku, untuk kalian yang harus menambahnya dengan kepulan asap, silahkan.
Secara pribadi, kopi adalah ritual ternikmat. Menyeduhnya tidak hanya mengundang kafein (penyegar) tubuh tapi aromanya membuat kita mengingat banyak nikmat yang telah disediakan Ilahi. Subahanallah.
> Ziarahi inspirasi, amal, ilmu hingga karya berwasilahkan secangkir kopi. Ia penegak pundak, pembelalak mata lalu dengannya kita menggores pena, bermesrah pada sedikit amal dan mewarisi sedikit ilmu dengan karya dari tangan sang fakir.
16 Rajab 1446 H
Kepulan asap dini hari
Memulai hari dengan sebuah kepulan asap. Tentu ini virus bagi yang meyakini, yang tidak Ahsudalaha hehehe.
Pujangga bisa disebut penulis. Ya keduanya memiliki kesamaan mengolah kata lalu menggugah pembacanya.
Mari kita mulai tulisan sederhana ini. Tentang ritual wajib sang pujangga kata alias penulis itu sendiri.
Dini hari dan sebuah perenungan dingin menyinsing fajar. Jika mampu terbangun di waktu ini adalah sebuah kemewahan bagi penulis itu sendiri. Sebaiknya, menulislah!
Cobalah Sejenak menepi
Ketika suara atau keramaian kota semakin bising. Cobalah sesekali menepi mencari tempat sunyi.
Untuk apa menemukan kesunyian? Ya, inilah waktu paling syahdu menuangkan segala perenungan hinggal pemikiran nan dalam pada secarik kertas alias tulisan kita.
Menepi tidak hanya sebuah aktivitas biasa. Ketika kita berdamai dengan sunyi lalu berkarya di dalamnya, inilah yang menjadikannya luar biasa.
Seduh si pahit dan ngopilah sejenak
Ritual ngopi kapanpun waktunya adalah sebuah kemewahan bagi penikmatnya. Kenapa tidak pahitnya ternyata tidak hanya bawa candu tapi juga mengandung antioksidan yang baik buat otak dan tubuh.
Berangkat dari pengalaman pribadi. Ma Wife alias bojo (istri) sudah sangat paham jika saya tidak sempat ngopi pagi hari, maka ia akan memberi uang saku untuk beli kopi di warung kopi pagi. Alhamdulillah rezeki anak soleh hehehe.
Kelakar di atas memberikan satu pengertian baru. Bahwa kopi akhirnya menjadi kebutuhan, saya kurang sepakat jika dikatakan ketergantungan. Nyatanya kita butuh antioksidan untuk otak.
Di akhir tulisan ini menari ya kita bahas dikit antioksidan. Tentu saya akan sajikan dengan cara lain tidak sekedar sebuah informasi.
Sebuah Perenungan
Kembali, bagi pujangga atau seorang penulis. Sebuah perenungan adalah nafas.
Ritual satu ini akan mengantarkannya pada ide-ide bahkan pemikiran yang mendalam. Merenunglah! Maka akan anda dapati secercah inspirasi hingga membawa pada sejuta karya.
Bukankah peristiwa menyendirinya baginda Nabis SAW memiliki ritual “merenung”. Kita mengenalnya dengan peristiwa Gua Hira.
Mendaki gunung lalu menyendiri dan mencoba berpikir dalam dengan pikiran jernih. Ditambah pula pesona jiwa dan hati bersih.
Begitulah ritual kata sang Pujangga (penulis)
Ia senantiasa menulis, merangkai kata dibalik dalamnya sebuah perenungan, penghayataan pada bacaan-bacaannya. Dari buku hingga fenomena keseharian yang disaksikan.
Bicara masalah penghayatan pada buku bacaan misalnya. Hatta pernah berujar, “adalah kesia-siaan membaca buku tanpa sebuah penghayatan.
Penulis atau pujangga kata disisi lain memiliki ritual kongkrit (nyata). Ya, peristiwa itu disebut ngopi, tanpa si pahit satu ini saya pribadi tidak merasakan nikmatnya proses menulis.
Sejatinya proses menulis adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Nanun kopi kian jadi “ritual” pelengkap yang menemani.
Senerai Penutup: Antioksidan kopi, ritual penenang pikiran
Sebuah penelitian paling kredibel dipaparkan oleh WHO pada 2018 diterbitkan Monoghraphs on the Identification of Carcinogenic Hazards to Human. Mengungkapkan, antioksidan kopi mampu menghilangkan kecemasan sekaligus memberi kesetabilan emosi dalam pikiran hingga tindakan.
Akhirnya ritual kopi tidak hanya ritual untuk penulis atau pujangga. Tapi untuk kita semua.
Namun, sekali lagi kopi tetaplah sahabat baik sang pujangga. Kopi sayap kirinya sedang buku sayap kanannya penulis. Keduanya adalah kepak sayap untuk sang pendulang kata itu.
Salam
Dusun Kayangan,
Kamis, 16 Januari 2025
Leave a Reply