sisipagi.com – Guru itu tak pernah lelah hari ini dan akan selalu jadi pemenang di hati-hati kami murid-muridnya selamanya. Tak pernah kalah!
Sepucuk surat paragraf penghargaan
Dear guru. Teruntuk semua guru-guruku dalam kondisi apapun.
Yang masih sehat, masih mengajar. Atau yang sedang sakit, netes nulis ini. Ada satu guru saya Ibu Agus (wali kelas SMA penulis kala itu) sedang sakit dan mohon doanya untuk kesembuhan beliau segera.
Mari kita lanjut, bahkan untuk guru yang sudah purna tugas alias pensiun karena usia. Intinya untuk semua. Dimanapun kalian kami rindu.
Izin kami memberi sepucuk pargaraf penghargaan. Lelah kalian adalah jasa berharga dan kini menjadi tinta emas sejarah untuk banyak generasi. Lalu kami ingin menghargai kalian yang tak pernah kalah. Ya, pemenang di hati kami para murid kalian yang dulu nakalnya “Ya Allah ya Rabbi”.
Maffakan kami yang dulu
Teringat masa SMA dulu dihukum oleh guru kimia. Karena saya selalu saja membolos akibat bermain bola maka hukumannya saya harus mencabut rumput hijau disekitaran kelas.
Ya Allah malu menuliskan ini. Nakalnya dulu keterlaluan memang. Guru itu kini jadi partner saya untuk menyalakan api dan semangat menulis bagi remaja.
Ini satu dari sekian kenakalan masa itu. Dan melalui tulisan amat sederhana di hari guru ini saya ingin menyampaikan permohonan maaf di waktu itu.
Saya yakin kalian para guru selalu memaafkan bahkan menyediakan maaf untuk kami seluas-luasnya. Makasih ya, sudah mengajarkan kami tentang hati yang tercipta dari putih dan indahnya intan permata.
Kalian adalah Emas Permata termahal
Kelak jika kami semua bisa berhasil, bisa menjadi manusia dengan sukses tanpa melihat materi sebagai tolak ukurnya. Kami sejatinya sudah kaya sejak awal.
Kami kaya karena pernah menemukan emas permata termahal yang pernah ada. Kalian alias guru kami adalah emas permata termahal itu.
Bersyukurnya kami pernah berjumpa, sekelas bahkan pernah mendengar omelan itu. Sungguh itu mahal dan kami rindukan.
Omelan kalian itu mahal dan ngangenin
Kan mewek lagi menuliskan ini. Ya, kami sangat rindu omelan nasihat baik itu. Ternyata jadi bekal mahal untuk hari ini. Dulu kami tidak pernah sadar.
Omelan itu sekarang jadi pegangan kami untuk menghadapi dunia. Ibu bapak guru hey kalian dimana? Kami anak-anakmu lagi nangis sama kerasnya wajah dunia realitas, di sana ada tamparan keras.
Nasibnya omelan kalian kami ingat lagi bahwa belajar itu perlu. Mengerjakan tugas itu harus. Ternyata ujian dan tugas kehidupan nyata seberat itu dan harus dihadapi.
Asli, kami rindu
Hey kalian kami rindu. Sehat-sehat dan cepat sembuh ya. Kalo ketemu kali lagi tolong omelin dan beri nasihat yang kami rindu dulu.
Janji gak akan lari lalu keasyikan latihan bola atau ambil pemekik teliang main marching band di kejauhan kelas padahal jam pelajaran. Janji gak akan kami ulangi.
Tapak baru perjalanan kami dan sekali lagi Kami RINDU
Owh iya. Kami mulai menapaki jalan baru, ada yang jadi guru juga ada yang jadi pengusaha dan banyak lagi.
Kami hanya ingin katakan, kami tetap rindu jeweran serta cerewetnya kalian. Dan janji lagi kami akan berubah total jika kesempatan jeweran itu masih ada.
Asli kami rindu. Kalian apa kabar? Jawab ya di hati kalian untuk semua guru yang membaca tulisan jelek lagi cengeng ini. Sekali lagi, kami rindu.
salam
Kilik, membaca tuntas, dan komentar. Sangat berarti untuk penulis/editor. Terimakasih. Tertanda Management SISIPAGI.
Leave a Reply