sisipagi.com – Surat terbuka untuk ayah. Pahlawan tanpa jubah itu telah berjuang sepanjang masa.
Ayah yang aku panggil Abi sebuah surat untuknya
Ayah siang tadi aku bermimpi, indah sekali. Mimpi tentang panggung kemenangan milik kita.
Biarlah menjadi rahasia karena keindahan mimpi itu sendiri. Terbangun dan ingin menuliskan satu surat terbuka untukmu.
Sebelumnya aku ingin mengucapkan selamat hari ayah. Semoga engkau selalu jadi ayah terbaik. Aku bersyukur merasakan detak juangmu bahkan tiap detik.
Ayah yang biasa aku paggil Abi. Maafkan kado hari ayah kali ini belum bisa langsung aku persembahkan, karena anak laki-lakimu sedang diperantauan jauh dan mencari rezeki.
Ya, kado ulang tahun kali ini adalah persembahan anak laki-lakimu bahwa dia berani menghadapi teriakan kerasnya realitas kehidupan.
Ayah. Terimakasih untuk tiap detik perjuanganmu mencari nafkah.
Aku bangga Ayah berhasil membesarkan, menyekolahkan bahkan hingga hari ini mendorong aku untuk berani menghadapi luasnya lapangan perjuangan dalam hidup.
Aku di kota orang, sedang mengadu nasib. Tentu pahit dan getar-getir kehidupan sudah mulai aku sapa. Aku kuat karena keteladananmu sejak dahulu untuk pantang mundur dalam sebuah pertempuran.
Waktu kecil dulu ayah selalu menasehati aku, “jangan pernah takut nak! Kelak kamu akan menjadi orang besar dan sukses maka perjuangannya juga besar. Jadilah pemberani!”
Pesan ini aku ingat sekitar usiaku masih 12 atau 13 tahun. Saat itu aku menemani ayah membersihkan kebun dengan parang penebas rumput milik kita ayah.
Dulu aku bahagia dengan motor sederhana kita. Hari ini aku merindukan itu, jalan bersama ayah membersihkan kebun atau sekedar memupuk lahan milik kita.
Ayah hari ini aku teramat sadar bahwa engkau adalah pahlawan tanpa jubah. Mengajarkan kami semua tentang pertempuran seorang anak laki-laki itu sepanjang masa. bahkan setelah mati pun ia harus mewariskan sesuatu yang berharga. Terikasih pahlawan kami.
Aku ingin menuliskan surat ini sepanjang mungkin. Namun deras air mata tak mampu aku bendung lagi.
Selamat hari Ayah ya Abi. Tunggu aku di panggung kemenangan dengan kendaraan keteladananmu yang tidak akan pernah aku lupakan.
Tak terasa air mata ini jatuh membasahi pipi🥲