Sisipagi.com – Tulisan ajakan untuk komunitas menulis dari saya sebagai penulis. Ajakan menulis ini dan dibangunnya wadah komunitas ini memiliki alasan personal dimana sebagai penulis saya ingin tumbuh bersama anak negeri.
Gerakan literasi sederhana ini dan sedikit gila dengan misi “sembunyi” mewujudkan sejuta perpustakaan untuk negeri, teman-teman bisa membacanya di “Mimpi tentang Sejuta Perpustakaan untuk Negeri” .
Membuka Mata
Tulisan sederhana. Lahir dari jemari seorang anak pelosok negeri. Tentang cita-cita besarnya.
Mari kita mulai bersama. Melalui langkah pena ini ada refleksi untuk membuka mata. Tentang kepedulian bersama yang tidak ada habis-habisnya.
Sebuah Catatan
Catatan sederhana ini sebagai sebuah ajakan saya dari hati paling dalam. Betapa negeri kita suatu saat kelak akan menjadi negeri yang rajin membaca dan menulis dan hiduplah sinar literasi yang kian terang.
Suatu waktu atau beberapa waktu lalu. Saya berkelakar alias bercanda dengan dua orang guru saya. Tepatnya saat bersilaturahmi di momen syawalan.
Singakatnya candaan tersebut tentang dunia literasi. Kami mengawali dengan sebuah diskusi betapa rendahnya minat baca generasi kita belakangan.
Candaan ini pun berlanjut jadi sebuah catatan. Kami memahami bahwa obrolan tidak akan pernah sia-sia sebab ia mulanya cita-cita berangkat sebagai sebuah gagasan.
Candaan Sedikit Gila
Untuk sesi akhir dan mengakhiri diskusi kali ini saya menutupnya dengan candaan. “Pak guru, bu guru berarti saya sedang gila ya?”, ucap saya siang itu di satu syawal yang cerah.
Pak Guru itu nyeletuk balik, “kok bisa gila mas Albar”. “Iya saya sudah gila memiliki cita-cita lalu berbuah gagasan tulisan yang pernah dimuat sebgai tulisan headline nasional tetang “Mimpi sejuta perpustakaan untuk negeri”. Ucap saya.
Kami puna akhirnya tertawa. Owh iya ya berarti yang nerima dan menjadikan tulisan itu headline juga sudah ‘gila’. Suasana hangat itu diikuti terik matahari yang panas. Hehehe pembicaraan dan keadaan panas terik matahari ini membuat kami semakin gila.
Refleksi Mendalam alam Literasi
Sekelumit cerita di atas memang penuh candaan. Tapi izinkan tulisan kali ini memantik hati kita sebagai anak negeri.
Mari kita tanyakan terus apa kabar diri kita, masih kita peduli pada literasi? Hari ini sudah kah kita membaca? Jika sudah, mau kah kita menulis untuk sebuah warisan literasi?
Sebelum membahas dan mengurai lebih lanjut. Fakta menunjukan angka literasi negeri kita begitu rendah alam literasi kita.
Sebut saja, kita tertinggal hampir setengah abad dari negeri Cina. Belum lagi karena dampak panjang dari sebuah penjajahan berabad lamanya negeri ini burtuh waktu 128 tahun untuk mengejar kemajuan Eropa konon katanya menurut para sejarawan menganalisa Indonesia. Sekali lagi pedulikah kita pada alam literasi?
Lahirlah refleksi mendalam di atas, maka dengan pertanyaan reflektif lagi mendasar di atas. Saya mencoba untuk membuat satu komunitas kecil bagi teman-teman semua. Untuk sama-sama mencoba menulis. Komunitas itu lahir dengan nama TeMen (Teman Menulis).
Lahirnya Gagasan dibalik Candaan
Obrolan sederhana hingga candaan terkadang dianggap sesuatu yang sepele. Lewat lalu, namun bagi saya semoga apapun yang menjadi candaan kedepan menjadi sesuatu yang berguna.
Gagasan tetang sejuta perpustakaan untuk negeri. Mungkin hari ini jadi candaan karena mustahil diwujudakn disebabkan oleh rendahnya minat membaca serta menulis generasi di negeri kita saat ini.
Tapi saya masih percaya bahwa masih ada asa dengan kita membangun komunitas bersama lalu saling menguatkan untuk tetap membaca dan menulis. Tidak mustahil suatu saat nanti sejuta perpustakaan untuk negeri terwujud.
Memulai Segera!
Yuk kita mulai! TeMen akan menjadi satu dianatara banyak komunitas literasi lainnya yang mencoba menjadi pelita kecil ditengah “gelap” literasi kita.
Kedepan kita akan berkolaborasi dengan siapapun atau komunitas manapun yang memiliki kesamaan nilai untuk memperjuangkan nyalanya “pelita” literasi. Ini adalah perjalanan Panjang TeMen.
Nekat membangun sebuah komunitas menulis juga bagian dari kegilaan. Tak perlu saya sebutkan banyak komunitas literasi telah mati. Biarlah ini menjadi catatan tersendiri untuk kita semua.
Senerai penutup: pada akhirnya
Akhirnya, TeMen jadi sahabat bagi semua mata yang peduli untuk melihat dengan hati dan penuh cinta dunia literasi kita. Tidak peduli semakin gelap dan suramnya asa untuk menjangkiti virus cinta ini tak pernah mati.
Untuk kalian yang peduli mari bergabung dan bersama memberi asa untuk saling menemani dan menghidupkan layunya dunia literasi. Dengan penuh semangat saya akhiri dengan kata SALAM LITERASI.
Leave a Reply