4 Alasan Kenapa kita Menulis lebih “Liar”?

4 Alasan Kenapa kita Menulis lebih “Liar”?
Abstrak Futuristik / by. albar collection

Albar Rahman – Selalu muncul di kepala dan benak kita akan sesuatu yang kita kerjakan bahkan apa yang kita karyakan. Banyak tempat menjadi medium bagi kita untuk menulis.

Kali ini izinkan saya menggores sebebas mungkin tulisan. Jika di dunia lukisan disebut dengan lukisan abstrak. Nah, tulisan kali ini bertutur bebas alias sangat abstrak hehehe.

Yuk kita mulai, ada 4 alasan paling “liar” kenapa kita harus menulis. Selamat membaca.

1. Karena kita pemalas yang liar

Terlalu liar sekaligus pemalas mungkin memiliki kontradiksi kata yang membingungkan. Ya, liar kok dibilang pemalas.

Oke, maksudnya adalah kita terlalu sibuk riwa-riwi, dengan kata lain mondar-mandir dengan kegiatan yang membuat kita lupa untuk membuka buku dan sekadar membacanya.

Hal inilah mengapa kita harus menulis. Setidaknya dengan menulis kita sempatkan diri kita untuk membaca ulang tulisan sendiri hehehe.

Dan percayalah, mungkin satu tahun kita masih malas membaca. Tapi dengan menulis, mata kita memiliki naluri untuk mengintip tulisan lainnya. Di sinilah kita akan menetap bahkan terpenjarakan oleh buku, butuh waktu memang.

2. Menulis itu kerja si “pemalas”

Ya, menulis sepengalaman pribadi sebagai amateur writer yang kini jadi kurator amatiran juga. Merasakan sekali bahwa menulis itu aktivitas si pemalas.

Bayangkan pagi-pagi saya sudah mangkal di warung kopi. Buka Mac atau laptop lalu buat konten sambil ngopi. Sesekali pasti ngobrol entah dengan pemilik warkop maupun orang baru ataupun kenalan lama yang ditemui.

Bayangkan hidup si penulis semalas itu ya. Siang harus makan karena aktivitas berpikirnya selalu didoktrin 8 kali lebih lelah dari kerja fisik seperti macul dan lain sebagainya.

Asli. Ini memang aktivitas pemalas: makan, nulis, makan. Sorenya sok-sokan melihat senja lalu menarik napas untuk relaksasi diri. Sang penulis lupa dari pagi kerjanya ngopi dan makan.

3. Liarnya selalu mengesalkan sekaligus mengesankan

Tidak jarang saya melakukan hal yang sangat acak dalam menulis. Wawancara ringan bertemu dengan orang-orang baru.

Yang saya temui dari rakyat biasa, pejabat negara hingga pemuka agama. Menjadi mengesalkan sekaligus kasihan, saya sering sekali mengganggu waktu bahkan menyita waktu penting pejabat negara maupun pemuka agama.

Mereka lagi sibuk malah saya nyerobot meminta pandangan dan mewawancarai demi kebutuhan terkininya sebuah tulisan. Terakhir bertemu dengan business owner juga sang sutradara besar negeri ini, beliau sibuk kala itu tapi saya maksa wawancara hehe.

Lalu yang mengesankan lagi, bertemu dengan Romo Indra, pemuka agama Buddha di Jombang. Saya ingin memantau acara festival Cina Pecinan, namun tertunda acaranya.

Beliau kala itu sibuk namun tetap ramah bahkan berkali-kali minta maaf. Sungguh saya sudah mengesalkan untuk Romo, sedang beliau memberi kesan amat baik. MasyaAllah.

4. Terakhir, menulis adalah “wine” penenang dan memabukkan

Layaknya “wine”, fermentasi anggur yang memabukkan. Menulis membawa kita pada nuansa tenang lagi memabukkan.

Jemari dan pikiran kita menari, lalu dalam keheningan malam kita meneguk anggur hitam berupa tinta, baik kata yang kita tulis maupun buku atau data yang tertegun.

Malam seolah kita sedang menenangkan diri dengan barang haram. Ide pun mengalir ditemani musik jazz klasik Louis Armstrong dan Norah J, “wine” hitam itu pun terasa nikmat, asyik.

Senerai Penutup: Menulislah seliar mungkin

Hari ini kita bisa menerbitkan tulisan kapan pun dan di mana pun dengan cara termalas sekalipun. Ilustrasi tulisan bisa kita unduh di mana saja dan bisa dibuatkan oleh teknologi digital yang ada secara spontan dan otomatis.

Dunia sudah sangat terbuka untuk apa pun. Jika dunia lukisan pernah melahirkan Van Gogh di akhir abad 19 dengan kegilaan dan keliaran lukisan abstraknya, mampukah hari ini kita lahir sebagai penulis yang lebih “liar” untuk menjawab tantangan zaman?

Salam.

Dsn. Kayangan, 12 Feb. 2025

advertising space
advertising space

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.