SISIPAG – Alturisme dan sebuah pesan untuk diri sendiri. Tanpa mengamini rasa ego yang berlebihan, sesekali egois untuk kepentingan mencapai tujuan dan target diri perlu dilakukan.
Dear diri sendiri, jadilah diri sendiri yang selalu fokus pada visi misi hidup bukan distraksi orang lain dan sampah distraksi lainnya.
Persahabat dan tulisan
Menarik sekali membaca tulisan dari sahabat saya Firmnasyah tentang “Altruist Addicts”. Sahabat satu ini adalah kawan saya diskusi selama menyelesaikan studi lanjutan di Jogja hinga saat ini sebagai founder sisipagi.com, dia pendiri atau fouder awal lahirnya sisipagi lalu kemudian menggandeng saya untuk sama-sama membesarkannya.
Singkatnya, perkenalan saya dengan salah satu sahabat baik ini. Mengantarkan persahabat kami terus terjalin melalui tulisan, dulu di Jogja berkantor di rumah kontrakan sederhana. Kini kami berkantor secara daring dengan jarak jauh antara Kalimantan (Samarinda) dan Sumatra (Riau).
Owh iya, kami berdua adalah korban “propaganda” tentang semangat menlulis tiap hari ala Uda Ivan sapaan akrab beliau. Kata Ivan lanin mau coba-coba saingan sama Dahlan Iskan dengan setiap hari tidak berhenti menulis hehehehe.
Hal di atas disampaikan Uda Ivan dengan santai lagi berkelakar saat diwancarai oleh penulis Dea Nugrah dan konten kreator Ferry Irwandi dalam satu kesempatan. Bisa dinikmati melalui kanal media sosial Malaka Project.
Alturist, Jangan gadaikan Tujuan utama diri sendiri
Kembali, kali ini tulisannya tentang Alturist benar-benar membuka mata saya bahwa dalam dunia psikologi kita sebaiknya selalu memprioritaskan tujuan dan kepentingan diri sendiri dulu sebelum “membela” kepentingan orang lain hingga menggadaikan agenda utama diri sendiri.
Mari kita urai bersama dengan bersahaja. Tulisan sederhana yang bisa temani ngeteh dan ngopi sobat pena.
“Selalu” katakan TIDAK
Melalui coretan ini saya mengirimkan doa sekaligus suntikan kuat agar sahabat saya Firmansyah bisa menuntaskan ujiannya pada studi lanjutan Psikologi di November ini. Agenda diskusi tentang bagaimana merekrut banyak penulis di rumah kita alias sisipagi dipending, kita undur dulu.
Di atas hanya suntikan pecutan semangat bukan nasihat. Untuk diri sendiri tentu terpatri satu nasihat bahwa penghalang untuk mencapai tuntasnya agenda penting banyak sekali.
Kita semua selalu saja tidak berani untuk katakan tidak dan dalam enggle psikologi ini sangatlah tidak baik dan bisa menjadi candu alturist sebagaiana tulisan sahabat saya di atas.
Pulih untuk diri sendiri
Pulih itu perlu dari apapun, dari sakitnya hari-hari terlalui bahkan luka-luka masa lalu. Karena dengannya pijakan hari ini akan kokoh dan langkah esok kian pasti.
Selalu saja bayangan lelah satu hari kemarin saja menghantui hari ini. Kemudian yang bahayanya lagi hantu masa lalu masih membayangi. Ini adalah bahaya laten yang perlu disembuhkan.
Ketika bro Firmansyah mengatakan, “kehidupan sangat mudah melempar manusia ke titik yang tidak pernah direka”. Hal yang tak terduga adalah bagian dari proses kita pulih.
Hal yang tidak pernah direka alias tak terduga misalnya pada titik ini kita mampu menghadapi atau melewati trauma-trauma kecil. Ini adalah pencapai terhebat sebagai manusi. Ya, hanya manusia bahas kampung saya just human.
Pelukan dengan Diri Sendiri
Sebagai penutup, saya tidak ingin menajak sobat pena untuk egois dengan mengatakan tidak pada apapun. Namun satu hal pasti fenomena Alturist dalam pendekatan psikologis ini mengajarkan kita untuk punya keberanian mengatur kapan mementingkan diri sendiri dan kapan membantu orang lain.
Arti memeluk diri sendiri selain secara fisik melingkarkan lengan ke bahu dari dua sisi kiri dan dan kanan tubuh. Arti lainnya adalah berani memeluk tujuan dan mimpi kita secara erat demi mewujudkannya.
Salam
Kilik, membaca tuntas, dan komentar. Sangat berarti untuk penulis. Terimakasih. Tertanda Management SISIPAGI.
Leave a Reply