Albar Rahman – Ibadah panjang! Perbekalanannya lengkap, selalunya memberi lelah. Tapi menyerah atau tidaknya adalah sebuah pilihan.
Keistimewaan pernikahan
Artikel sebelumnya saya menyebutkan, pernikahan adalah kisah paling haru-biru selain sakral tentunya ia sebuah kejutan istimewa.
Sebagai kejutan istimewa. Ternyata pernikahan adalah ibadah istimewa panjanganya. Ya, tentu ini tak terbantahkan lagi.
Tentang prahara panjanganya ibadah penikahan. Tentu ada ancaman dalam tanda kutip jika ibadah ini tidak kita maknai sebagai sesuatu teramat sakral.
Pernikahan dan sebuah ibadah
Di sebuah kota ada 500 angka perceraian per harinya. Ancaman pernikahan itu nyata. Tentu, perceraian adalah ancaman.
Namun dibalik semua ancaman didalamnya. Pernikahan itu sendiri adalah sebuah ibadah.
Saya mencoba menariknya sebagai sebuah seni dalam ibadah. Sebagaimana melukis pada lukisan surealisme, kita membutuhkan waktu panjang.
Sebuah seni perlu waktu penjang. Pernikahan pun demikian ada ukiran panjang di dalamnya dan itu sebuah seni ibadah terpanjang.
Pembekalan pernikahan
Pagi itu tepat 18 Desember mendapat pembekalan pernikahan. Setiap daerah ini lazim dilakukan oleh pihak KUA (Kantor Urusan Ah nikah eh Agama maksud saya hehe).
Air mata saya mengalir tanpa sengaja. Saat pemateri mengutip ayat Al-Qur’an tentang tidak ada keraguan betapa rezeki telah diatur untuk mereka yang menikah.
Entah kenapa berbicara rezeki pernikahan. Sangat emosional secara personal.
Hal ini dikarenakan bekal awatnya sebuah pernikahan adalah masalah finansial. Walau hal ini tidak harus mutlak adanya, dikembalikan kesepakatan bersama sejak awal pernikahan.
Kesepakatan awal tentang arah finansial masing-masing tentu berbeda. Saya tidak memiliki ranah untuk menghakimi bahwa penyebab gagalnya pernikahan adalah faktor finansial alias keuangan.
Mencetak Generasi Emas dari sebuah pernikahan
Lanjut tentang bekal pernikahan. Setelah emas cincin pernikahan hadiah dari bunda (ibu) saya dihadiahkan untuk mahar pernikahan dengan my future wife.
Sebagaimana pembekalan pernikahan kali ini. Ada isyarat kuat untuk mencetak generasi emas mendatang.
Pemateri kali ini menyebutkan, generasi yang benar-benar 24 karat dibutuhkan Indonesia. Yang 1 karat apalagi sekarat minggur dulu hehehe. Guyon dan pesan itu masuk ke sanubari terdalam saya.
Kelakar memang. Tapi menyimpan siratan doa di dalamnya. Pemateri seolah ingin mengatakan bahwa pernikahan itu isinya doa-doa bahkan dalam kelakar sekalipun.
Memaknai pernikahan
Tidak ada solusi yang lebih baik bagi dua insan yang saling mencintai dibanding pernikahan (HR. Ibnu Majah)
“Mas tak doain kamu berhasil, dapat pekerjaan tetap. Dan tidak bergantung lagi sama orang tua”. Celetuk my future wife sore Jumat itu, mencoba menguatkan hati ditengah kekawatiran setelah pernikahan.
Menahan tangis iya. Tapi saya mencoba tegar.
Yang pasti pernikahan selain ibadah panjang. Juga bisa dimaknai sebagai doa terbaik.
Saya selalu mengatakan pada dia, “izinkan mas bertarung (berjuang) di bumi, tapi tolong selalu ketuk pintu langit (doa)”.
Pada akhirnya pernikahan adalah doa panjang
Kita selalu percaya bahwa sebuah pernikahan adalah ibadah panjang. Namun yang terpenting dari semua. itu adalah pernikahan juga doa.
Pernikahan dengan doa terbaik akan melimpahkan berkah rezeki. Juga yang terpenting mempersembahkan generasi terbaik, yang pemerintah kita gadang-gadang sebagai generasi emas sebutannya.
Memang tantangan pernikahan tak mudah baik sebelum hingga sesudahnya. Namun satu hal, percayalah doa memiliki kekuatan tersendiri. Ia tak akan lekang bahkan mampu merobohkan tembok rintangan terbesar dihadapan.
Salam
Kedai Pohon Cukir, Jombang,
Sabtu, 21 Desember 2024
Leave a Reply