Gagasan Eco-Theology Sang Menteri Agama

Menteri Agama dan Gagasan Eco-Theology
futuristic abstract by. albar collection

Menteri Agama dan Gagasan Eco-Theology

Oleh: M. Zainuddin, Guru besar sosiologi agama: rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Albar Rahman – Sebuah pupuk harapan dari sang menteri Agama bahwa pesantren mampu membrikan kontribusi lagi kemaslahatn untuk lingkungan. Goresan tokoh kali ini, tulisan menarik dari M. Zainuddin dengan judul asli “Menteri Agama dan Gagasan Eco-Theology”.

Selamat membaca. Selamat Menikmati!


Gagasan Eco-Theology: Harmoni Agama dan Lingkungan

MENTERI Agama Prof Dr Nasaruddin Umar MA menggagas konsep eco-theology. Dalam kesempatan di forum- forum ilmiah, beliau selalu menekankan pentingnya membangun harmoni dengan ling- kungan, baik sosial maupun lingkungan alam sekitar.

Ecotheology yang dimaksud adalah suatu pendekatan teologis yang memfokuskan pada hubungan antara agama dan lingkungan hidup. Bagaimana manusia membangun relasi de- ngan Tuhan, sesama manusia, serta alam semesta secara harmonis dan jauh dari ketimpangan.

Krisis Iklim: Peringatan Kode Merah bagi Kemanusiaan

Laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memberikan gambaran yang cukup mengkhawatirkan. Dampak perubahan iklim sudah dirasakan di seluruh penjuru dunia.

Dampak itu akan makin parah jika kita gagal mengurangi separo emisi gas rumah kaca dalam dekade ini dan meningkatkan langkah adaptasi. Dengan meningkatnya emisi dan berkurangnya penyerapan, tingkat gas rumah kaca di atmosfer kini menjadi lebih tinggi ketimbang yang pernah terjadi di dalam catatan sejarah.

Badan dunia yang bertugas memonitor isu itu, yaitu Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), telah memperkirakan, antara tahun 1750 dan 2005, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat dari sekitar 280 ppm (parts per million) menjadi 379 ppm per tahun dan sejak itu terus meningkat dengan kecepatan 1,9 ppm per tahun. Akibatnya, pada 2100 nanti, suhu global bisa naik 1,8 hingga 2,9 derajat.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan laporan itu sebagai kode merah untuk kemanusiaan alias code red for humanity. Karena itu, harus segera diatasi atau tak akan berguna sama sekali (no, or never).

Energi Terbarukan: Solusi Masa Depan yang Berkelanjutan

Salah satu kekayaan alam yang terpendam di Indonesia adalah sumber energi. Terdapat banyak sumber energi yang terpendam di Indonesia seperti batu bara, minyak bumi, gas alam, dan biomassa. Energi-energi tersebut saat ini digu- nakan sebagai sumber energi utama oleh masyarakat.

Energi baru dan terbarukan (EBT) adalah energi yang berasal dari proses alam yang diisi ulang secara terus-menerus dan secara berkelanjutan dapat terus diproduksi tanpa harus menunggu waktu jutaan tahun layaknya energi berbasis fosil. Selama ini, manusia masih sangat bergantung pada energi yang tak terbarukan yang berasal dari energi fosil.

Inilah peran penting pengembangan EBT di Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor energi, sekaligus mewujudkan Indonesia net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat melimpah, yaitu sekitar 3.000 gigawatt (GW), di mana potensi panas bumi mencapai 24 GW.

Meski energi terbarukan masih memiliki porsi yang lebih kecil dalam Bauran Energi Nasional, masyarakat sudah makin menyadari pentingnya beralih dari bahan bakar fosil ke sumber-sumber energi bersih. Potensi EBT akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mempercepat transisi energi. Pada 2060, kapasitas pembangkit EBT ditargetkan mencapai 700 GW yang berasal dari solar, hidro, bayu, bioenergi, laut, panas bumi, termasuk hidrogen dan nuklir.

Potensi Besar Madrasah dan Pesantren dalam Transisi Energi

Data Statistik Pendidikan Islam Kementerian Agama 2020/2021 semester genap menunjukkan, jumlah ma- drasah di Indonesia mencapai 83.391 lembaga. Jenjang ma- drasah terbanyak adalah raudlatul athfal (RA) sebanyak 30.148 RA (36,08 persen).

Berikutnya adalah jenjang madrasah ibtidaiyah (MI) sebanyak 25.840 MI (30,92 persen), madrasah tsanawiyah (MTs) sebanyak 18.380 MTs (21,99 persen), dan sisanya madrasah aliyah (MA) sebanyak 9.150 MA (11,01 persen).

Jika ditambah pondok pesantren, jumlahnya menjadi 113.886 lembaga. Jika dipersentasekan, jumlah pondok pesantren de- ngan pendidikan keagamaan menjadi 26,77 persen.

Persebaran pesantren di Jawa Timur saja sebanyak 5.121 lembaga dengan jumlah santri mencapai 970.541 santri. Sementara jumlah ustad yang mengabdi di pesantren seluruh Jawa Timur mencapai 95.681 ustad.

Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimanfaatkan hampir dalam setiap kegiatan. Mulai mencuci, memasak, hingga belajar. Makin meningkatnya permintaan dan kebutuhan energi listrik memicu makin maraknya pengembangan penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.

Sinergi Pendidikan dan Energi Bersih: Langkah Nyata Indonesia

Secara geografis, Indonesia terletak di garis khatulistiwa di mana potensi energi sinar matahari sangat besar. Karena itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi salah satu opsi yang paling menjanjikan untuk diterapkan.

Melalui sinergi dan kolaborasi antara pendidikan tinggi dan pondok pesantren dalam upaya pengembangan EBT, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan Ma’had yang berada di Kampus 3 telah melakukan pemanfaatan solar panel dengan kapasitas yang sangat memadai.

Jika sinergi dan kolaborasi antarinstansi terkait dengan pesantren itu dilakukan secara masif, rekayasa seperti itu bisa memberikan manfaat besar dan dapat mengatasi problem emisi serta energi di Indonesia.


note: saduran. tulisan dimuat pada laman media koran jawa pos pada kolom opini. senin 10 februari 2025. untuk memudahkan dan memoderasi pembaca saya menambahkan beberapa sub heading tanpa mengurangi isi dan esensi muatan tulisan.

salam.

Griya Kenanga, 11 feb. 2025

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.