Kita Rajut lagi Mimpi: Cita, Asa dan Harapan

Kita Rajut lagi Mimpi: Cita, Asa dan Harapan
by. Andreas Wagner

Kita tak perlu menggadaikan mimpi apalagi menguburnya. Ia hanya perlu dirawat tanpa buru-buru dihakimi bahwa mimpi itu telah mati.

(Jombang, 2 Rajab 1446 H)

Kepulan asap malam itu

sisipagi.com – Duduk diemperan rumah sederhana, dengan kepulan asap ditemani dingin malam. Imaji tentang cita dan harapan itu kembali menari.

Tulisan sederhana ini izinkan saya mulai dengan kisah sederhana. Ketika kepulan asap mengundang imaji tentang rajutan akan mimpi. Yuk kita mulai!

Ya, saya memilih mengasah asa lagi

Setelah dewasa, pernikahan diambang mata lalu akhirnya akad nan sakral itu telah diselenggarakan. Rasanya ada banyak realitas juga kenyataan yang kita alami.

Yuk angkat tangan yang sudah mulai merasakan apa itu dewasa. Jujur saja berapa mimpi yang harus “digadaikan” sebentar untuk prioritas kita sebagai manusia yang mulai dewasa.

Lagi, yuk ngaku yang jadi anak pertama. Apa kabar beban di pundak kalian? Hehehe.

Tenang aja tidak ada cita-cita yang tergadaikan

Realitas boleh saja menghantam kita begitu kuatnya. Tapi optimis tentang asa dan cita-cita jangan pernah mati.

Namun satu hal yang pasti kita selalu memliki pengawal abadi. Sebagai muslim, yang Maha Abadi dan Maha Kuasa atas segalanya itu nyata dan ada bahkan selalu ada dalam tekad-tekad baik kita.

Pada akhirnya kita menyandarkan segala cita-cita dan asa harapan itu hanya pada Allah. Lalu peran doa dan keyakinan kita mainkan seiring usaha (ikhtiar) yang tak henti pula.

Mungkinkah cita-cita bisa tergadaikan

Ketika keyakinan dalam doa dan tindakan telah bersamayam. Tergadaikan cita-cita dan segala mimpi adalah kemungkinannya sangat kecil bahkan tidak terjadi.

Saya selalu bercanda untuk bisa mengakuisisi mall (pusat pesar modern), pabrik gula, hingga membangun jalan toll. Keluarga hingga my wife mengucap aaamiin sembari menggeleng kepala.

Kondisi guyon untuk menjadi kaya bukan sekedar kelakar. Teringat dawuh Imam Syafii, “jika muslim berpotensi menjadi kaya, maka haram baginya memilih miskin”.

Di atas adalah dasar kuat kenapa saya selalu berkelakar gila demikian. Semoga saja ini tidak hanya kelakar tapi harapan yang jadi kenyataan.

Yuk kita bicarakan mimpi lagi

Tulisan atau artikel menarik sebagai catatan tentang semangat mengembalikan mimpi. Setelah berselancar secara acak di medium saya menemukan semacam catatan harian betapa mimpi itu bisa dikembalikan.

Tulisan ringan di atas bisa teman-teman baca: “Memasang Starlink dan Impian yang Mulai Sirna”. Ditulis oleh @devarazain diakhir tulisannya ia mengingatkan bahwa dirinya perlu semangat (merawat) lagi mimpinya yang belum tercapai.

Ya, merwat dan kembali membicarakan mimpi adalah afirmasi positif. Sama postifnya kala mandi pagi hari dan kita mengucapkan kata-kata penyemangat saat tubuh disirami oleh dingin dan jernihnya kesagaran air pagi hari.

Cita-cita alias mimpi juga perlu kita ucapakan berulang. Bahkan kita abadikan dalam tulisan sesederhana apapun bentuknya.

Menjadi berarti lalu memberi arti

“Orang besar membicarakan ide, orang biasa membicarakan peristiwa, orang kecil membicarakan orang lain.”

Plato, The Republic

Ketika Plato sang filsuf kuno Yunani itu menyarakan untuk selalu membicarakan ide (mimpi besar). Akhirnya saya memahami bahwa hidup dengan ide itu tujuannya memberi arti.

Mimpi bagi saya bukan sekedar angan. Walau resikonya banyak yang mengumpat “ngimpi” (kebanyakan mimpi kamu) hehe. Umpatan itu kita tanggapi dengan senyum tertawa tipis saja.

Fokus terbaik dalam hidup itu merealisasikan mimpi alias ide besar jadi kenyataan. Lalu nantinya memberi arti karna tergapainya segala cita-cita atas asa dan harapan.

Senerai Penutup

Asli, tulisan sederhana kali ini saya seperti seorang paman yang sedang menasihati ponakannya. Hehehe, mafkan ya.

Semoga kita semua bisa merajut lagi. Segala mimpi yang pernah mati bahkan pernah terkuburkan oleh timbunan kekecewaan. Semoga!

Salam
Jombang,
(Jumat, 2 Januari 2025 M)

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.