> Langkah pasti itu meyakini segala takdir, hidup dengannya lalu mengupayakan takdir baru dengan doa pun usaha terbaik
Tebuireng, 4 Rajab 1446 H
Prahara Resolusi
Prahara resolusi. Banyak orang menysun agenda tahunan dari yang serius hingga lelucon. Ada yang resolusinya ingin menambah berat badan yang beratnya saingan dengan beratnya beban hidup, misal hehe.
Tertarik dengan sebuah tulisan yang membahas resolusi tahun baru. …
Tahun baru biasa identik dengan resolusi. Tegas saya memilih untuk tidak membuat resolusi.
Apa alasannya dan bagaimana tidak memiliki sebuah resolusi tahunan? Alasan praktisnya, ini angin segar untuk mereka yang tidak terlalu ingin membebani pikiran alias malas terlalu banyak pikiran atau tumpukan pikiran hehehe.
Untuk alasan ideologisnya maka saya berkeyakinan yang terpenting dari sebuah resolusi atau agenda tahunan sebut saja adalah cara kita menerima hasil dari proses sebuah perjalanan tahunan hingga bagaimana kesiapan mental kita menghadapi tantangan tahun-tahun mendatang. Ini hal yang lebih penting menurut saya daripada hanya sekedar membuat resolusi.
Jika kita memilih diam pastilah mati
Resolusi terbaik adalah memilih untuk terus bergerak dan tak henti melakukan karya terbaik. Kesempatan adalah kunci berhasilnya sebuah resolusi.
Seusai sore itu menyambut magrib, melewati rindang pohon nan teduh. Hujan menyapa laju mobil terus menyusuri, waktu mulai mepet jika tak sampai tujuan maka kesemptan akan hilang.
Kisah sore hujan di atas mengajarkan kita semua bahwa kesempatan bisa saja hilang jika kita memilih berhenti bahkan diam sejenak. Inilah mengapa waktu sangatlah berharga.
Sekelumit fenomena sederhana ini akhirnya kita bisa belajar bahwa sifat pasti mati adalah diam. Artinya diam dan tidak bergerak berpacu dengan waktu adalah sebuah kematian itu sendiri.
Memilih Memberi Arti
I prefer a short life with widht to a narrow one with length (Aku lebih suka hidup yang singkat dengan keluasan daripada kesempitan namun panjang)
Ungkapan filosofis di atas diungkapkan oleh ilmuan dunia. Bernama Aviciena atau dikalangan muslim dikenal dengan nama Ibnu Sina.
Beliau berujar demikian karena kala mengarang dan menulis ragam ilmu pengetahuan ditegurlah sama koleganya kenapa beliau begitu semangat menulis. Maka ungkapan diatas terlontar bahwa beliau ingin dengan keluasan manfaat walau hidupnya singkat.
Jika kita harus memilih untuk hidup yang sekali ini. Sebagai insan, pelajar hingga santri.
Tentu kesemuanya memilih hidup yang berarti. Meninggalkan sesuatu yang bermanfaat ketika ajal itu tiba tanpa ada yang bisa memprediksi kapan ia tiba.
Akhirnya Resolusi itu bicara takdir dan sebuah pilihan
Rosolusi terbaik itu adalah rencana terbaik dari yang Maha Kuasa atas segalanya. Kita dalam kondisi tertentu terkandang hanya bisa menerima, lalu dengan tenang menata langkah kecil hari-hari dan tak perlu sibuk serapi mungkin mencatata rencana.
Benturan dan kebuntuan itu menyapa. Maka kepak doa, sabar bahkan syukur kita mainkan dulu.
Ya, sementara waktu menikmati kepulan asap di tangan, kopi di cangkir dengan pekat hitamnya. “Inilah hidup” celutuk santri sang ahli “hisab” itu hehehe.
Senerai Penutup
Sudah Hampir menemui dua pekan lamanya kita memulai tahun baru. Ya, saya memilih “tanpa” resolusi. Tapi melangkah dengan pasti untuk sebuha tujuan dan dampak yang lebih besar. Semoga!
Salam. Dan Selamat memulai langkah baru untuk kalian yang mencatat resolusi maupan tanpanya. Yang pasti, Melangkahlah! sisipagi.com
Jombang, 13 Januari 2025
Leave a Reply