Coretan Refleksi: Diriku kini dan nanti

Coretan Refleksi: Diriku kini dan nanti
by. Lluvia Morales / unsplash.com

Sebuah catatan spontan untuk diri sendiri. Sederhananya, kita sepakati saja ini adalah refleksi diri apa adanya.

Kesan apa adanya, semoga tidak menghilangkan kedalamannya. Tidak hanya kata yang dirangkai melainkan ada makna yang diurai lagi lalu mencari sesuatu untuk dijadikan pelajaran penuh hikmat.

Untuk kalian sahabat penaku, selamat membaca!

Asa “bagimu” Sastra

Layaknya sebuah pohon kala akarnya kokoh, batang berikut dedaunannya tumbuh lalu menghasilkan buah.

Aku dan waktu, kian ingin bertumbuh dan memberi manfaat. Inilah jadi diri!

Tulisan kali ini adalah surat kecil bagi diri sendiri. Ia hanya ingin bertegur sapa pada dirinya sendiri melalui tulisan.

Dimanakah posisi diriku saat ini? Masihkah aku menaruh harapan pada sastra?

Dulu aku percaya bahwa sastra mampu menghidupkan kembali empati yang telah lama mati.

Kata-kata terkadang jadi jembatan untuk luka. Ia juga mampu menjadi rumah harapan bagi sebuah asa, mimpi dan cita-cita.

Mampukah kini diri menjadi rumah bagi sastra merawat indahnya kata yang didalamnya mendulang makna?

Menciptakan Hening Dimulai

Jikalau hari ini aku sudah berjalan pada persimpangan panjang, menuliskan banyak gagasan di lembar carikan kertas, lalu berubah wujud menjadi bacaan, catatan juga puisi yang menemani.

Namun hari ini, aku sedang tertatih merawat sunyi. Waktu seolah tak memiliki lorong untukku menyendiri.

Seolah diri ini paling sibuk. Lupa, bahwa di tepian sungai nan jernih, ada jalan menuju muara, lalu beranjak menemui ombak di kedalaman laut lepas bersamudra.

Bukankah membaca tanda-tanda kebesaran Ilahi menuntut perenungan? Mencari keheningan, lalu perlahan, dengan penuh hikmat, kita mendulang makna.

Berikut adalah salinan teks dari gambar tersebut:

Sisipagi: Perjalanan yang Menemani

Aku masih penasaran dengan perjalanan Sisipagi ke depan. Mampukah ia menjadi media yang menemani penulis sekaligus pembacanya?

Jangan sampai ia hanya pernah bermimpi lelap dan tidur nyenyak, hingga lupa mengeksekusi ide besarnya.

Namun yang terpenting ialah niat mulianya mulai ditapaki.

Menapaki tangga satu persatu, bertahap! Ia sedang membangun pondasinya. Harapan pun dipanjatkan dalam doa: semoga kokoh lagi mengakar kuat, berpijak di bumi.

Hai, aku, iya diriku yang sedang asyik menulis kini. Tetaplah menulis!

“Gapapa” membangun fondasi lalu membesarkan Sisipasi. Media, sekaligus rumah bagi banyak penulis nantinya.

Sekali lagi, tetaplah menulis! Tapi catat baik-baik: selalulah refleksi diri, muhasabah tutur pena-mu ya diriku.

Jangan pernah meracik ambisi hanya untuk meninggikan diri!

Salam,

✍️ a.r

Tebuireng, 29 Mei 2025

Sebuah Persembahan: Sisipagi Media Group. Untuk kalian yang peduli penulis silahkan kunjungi laman berikut >>>>> Peduli Penulis

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.