Hati dan Cermin Yang Jernih

Hati dan Cermin Yang Jernih
Property of Sisipagi

[Tasawuf] – Kajian tentang hati selalunya luput. Sebagian diantara kita melihat ini bisa jadi lalai. 

Kita akhirnya lupa bahwa hati perlu kita perhatikan kembali. Salah satunya ialah mengkajinya lebih jauh. 

Berbicara tentang hati, maka ia merupakan cermin diri. Semakin jernih ia maka setidaknya akan tergambar kejernihan pada diri seutuhnya. 

Layaknya rumah, kendaraan hingga pakaian yang di gunakan sehari-hari. Kesemuanya perlu dibersihkan. 

Perlunya membersihkan hati

Begitu pun dengan hati kita sebagai manusia. Tiap hari hati kita terpapar oleh banyak prasangka atau hal lain yang mengotorinya. 

Untuk itu perlu dibersihkan saban hari pula untuk menjaga kebersihan yang ilhami oleh jiwa nan jernih. 

Satu hal sekiranya kita renungkan bersama betapa jasad kita bekerja, ia digerakan oleh spirit. Hati yang penuh dengan rasa tulus, maka ini menjadi ruh paling ampuh membuat kita semakin hidup dalam melakukan apapun. 

Landasan Keikhlasan 

Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mengingatkan dalam kitab beliau berjudul Al Tanbiat Al Wajibat, “jika suatu amal (pekerjaan) tidak dilandasi keikhlasan. Maka tidak akan bertambah kecuali kegelapan hati. 

Istilah bekerja bagaikan mayat. Hal ini sering terlontar dari para bisnis owner yang mengeluhkan pekerjanya bekerja secara formalitas. Tanpa spirit dan hanya sebuah rutinitas. 

Apakah masalah di atas sepenuhnya salah pekerja? Bisa saja mereka krisis kepemimpinan bahkan keteladanan. 

Buah dari kesungguhan

Tak perlu kita urai lebih jauh kasus di atas. Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani dalam kitab Fathul Rabbani bertutur, “Bersungguhlah dalam bekerja maka Allah azza wa jalla benar-benar akan memberikan dunia berikut akhiratnya. 

Ungkapan Syaikh Abdul Qodir Al Jailani di atas tentu hal tersebut berlaku kepada siapa saja tanpa terkecuali. Tentu bagi pekerja maupun alias pemilik usaha.

Kesungguhan ditambah kuatnya keikhlasan hati. Hal tersebut jadi penentu keberhasilana kita sebagai hamba dalam pengabdian hidup pada Ilahi Rabbi. 

Ruhiah hati adalah raja

“Amal itu seumpama jasad sedangkan keikhlasan adalah ruhnya”.

Ibnu Atha’illah al-Iskandari, Al- Hikam

Hati kita adalah ruh kita. Para arifun, kiyai dan alim ulama ketika menukil hadis tentang hati, maka kita semua diingatkan untuk senantiasa menjaganya. 

Begitulah adanya karena memang hati kita adalah raja bagi jasad. Rusaknya hati maka akan menggrogoti jasad keseluruhan. 

Ruh kita tidak selalunya harus identik dengan sebuah kesakralan. Tapi ini menyangkut sesuatu yang jauh lebih berharga dari jasad itu sendiri. 

Para filsuf memandang ruhiah hati 

Mari kita telaah bersama terkait ruh itu sendiri. Socrates seorang filsuf Yunani menekankan bahwa ruh itu bukan benda alias ruh itu kekal. 

Descartes, filsuf abad pertengahan asal Pranci itu menambahkan, “yang menyebabkan tubuh itu hidup adalah ruh”. Inilah mengapa ruh itu “dianggap” memiliki sifat yang kekal. 

Kita semua sama-sama memahami hati yang di dalamnya ada ruh. Memiliki sifat yang menghidupkan lalu senantiasa hidup walau jasadnya telah tiada. 

Senerai penutup: “Bensin Abadi”

Lebih dari itu semua maka hati adalah cermin diri. Ruh alias hidupnya hati di jasad kita ternyata adalah “bensin abadi” untuk sebuah pengabdian itu sendiri. 

Kejernihan kita sebagai insan lahir dari bening dan bersihnya hati. Inilah ruh kita bersama dalam beramal, berkarya hingga bekerja dalam mengembangan amanah sebuah pengabdian. Lagi dan lagi. 

Bensin abadi itu adalah hati yang penuh dengan ruhiah hanya bersandar pada Tuhan Yang Esa semata. 

Salam, 

Sebuah Persembahan: Sisipagi Media Group. Untuk kalian yang peduli penulis silahkan kunjungi laman berikut >>>>> Peduli Penulis

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.