Apa hakikat pada sesuatu yang sudah kita dapatkan?

Apa hakikat pada sesuatu yang sudah kita dapatkan?

Sisipagi.com – Ini merupakan tulisan refleksi ke dalam bagi saya pada jam kecil di negara tetangga setelah mendengar ocehan mbah nun di youtube.

Pada malam beberapa hari sebelum ramadhan, sambil mengerjakan tulisan ilmiah saya. Saya mendengarkan ocehan mbah nun dari youtube. Beliau mengatakan:

“Ketika kamu sudah mendapatkan sesuatu, terus kamu merasa memilikinya. Setelah kamu merasa memilikinya. Kemudian, kamu lupa pada hakikatnya.”

Perkataan ini sangat menggugah pemikiran saya. Berapa banyak yang saya lupakan setelah saya mendapatkan sesuatu.

Dulu, saya sangat ingin menjadi dewasa karena masa kecil saya penuh dengan peraturan dan ditambah lagi masuk pesantren yang membuat saya kembali dengan hidup yang penuh aturan.

Namun, ketika saya sudah dewasa atau besar saya memiliki kebebasan dalam memilih apa saja yang akan saya lakukan justru saya lupa. Saya melupakan banyak hakikat yang sudah saya dapat.

Seberapa ingin dulu saya lepas dari segala keteraturan yang membuat saya ingin cepat menjadi besar. Sekarang, saya justru membuat banyak peraturan yang hakikatnya untuk membuat kebebasan diri melakukan apapun.

Kamu harus bangun siang agar tidurmu cukup. Kamu harus pikirkan dirimu sendiri dulu tanpa memikirkan orang lain. Kamu sampingkan kebutuhan orang banyak agar kebutuhan mu terpenuhi.

Dan masih banyak lagi yang kita lupa ketika kita memiliki sesuatu.

Ternyata, tidak banyak diketahui oleh orang. Bahwa manusia merupakan makhluk yang senantiasa kuat dalam mempertahankan apa yang didapatnya yang dengan seribu alasan dia akan mempertahankannya.   

Oleh sebab itu sebab itu Gobin Vashdev mengatakan:

“Manusia itu diilustrasikan sebagai tangan yang menggenggam dari pada tangan yang terbuka.”  

Namun, diakhir saya menulis tulisan ini. Muncul pertanyaan di kepala saya, apakah hakikat dari sesuatu yang didapatkan seseorang itu memang harus di kelola oleh orang tersebut?

Atau hakikat itu menjadi tunggal yaitu dari perintah agama saja?

Karena, banyak perilaku duniawi yang menyelamatkan nyawa manusia seperti gelak tawa tukang becak yang membuat hotman paris tidak jadi bunuh diri. Lagu danilla yang kalau tidak salah berjudul “ada disana” juga menyelamatkan seorang perempuan yang hampir bunuh diri. Seorang penulis buku “rahasia terbesar didunia” O.G Mandino yang juga tidak jadi bunuh diri karena membaca sebuah buku.  

Pertanyaan ini menjadi penggalian saya kedepan dan mungkin bagi teman-teman yang membaca tulisan ini boleh berbagi pendapat tentang tulisan ini di kolom komentar.