Waktu adalah denyut nadi yang tak kembali. Dia bermain di ruang dan kian menjadi romansa masa lalu atau luka bahkan trauma yang sulit terobati.
Di era ketidak pastian kini kita selalu “merasa” sibuk. Bahkan seolah buru-buru menaklukkannya.
Sebagian kita lupa untuk menikmati waktu secara apa adanya. Sesekali nampaknya kita butuh ruang untuk membiarkannya mengalir begitu saja.
Konsep Niksen
Ada sebuah konsep menarik, dipelopori oleh peneliti asal Belanda. Konsep Niksen orang-orang mengenalnya.
Ya, konsep tanpa tujuan sederhananya. Membuka jendela pagi hari, meracik kopi lalu membaca buku seharian misal. Kasus semacam ini perlu dilakukan untuk merilis stress akibat rutinitas dan penuhnya perencanaan hari-hari.
Konsep ini menarik, sederhana dan bisa dilakukan oleh siapapun tanpa beban apapun. Menarik untuk kita realisasikan masing-masing sesuai dengan kesukaan dan atensi masing-masing.
Mengisi bukan memburu
Saya adalah orang yang percaya waktu luang itu diisi bukan diburu hingga membuat kita tergesa-gesa menjalani hari. Kita hanya akan diperbudak bukan mengaturnya.
Sifat dasar dari waktu itu dimanfaatkan oleh manusia. Jadi, jangan sampai terbalik ya teman-teman.
Poin pentingnya adalah menjaga dan memanfaatkan waktu. Lalu nantinya kita tidak dikelabui waktu. Sehingga kata “sibuk” tak lagi menghantui.
Investasikan
Tidak hanya uang yang bisa berubah wujud jadi investasi. Ternyata waktu juga bisa dialokasikan untuk diinvestasikan.
Lalu bagaimana caranya? Hal paling sederhana dalam menginvestasikannya ialah mengisinya untuk beragam hal-hal yang memiliki nilai.
Hal-hal yang bernilai diantaranya ialah menambah bacaan, mengasah skill semisal kemampuan menulis. Tentu banyak lagi yang teman-teman bisa lakukan untuk mengubah hal berharga tersebut menjadi sesuatu yang bernilai menurut versi terbaik kita.
Senerai Penutup: Memaknai ulang sang waktu
Bukankah pusaka menjadi mahal karena ia telah melewati perjalanan yang panjang. Ia dirawat penuh kesabaran dan mengalir apa adanya.
Demikianlah adanya sang waktu. Sosok pusaka yang dimiliki oleh semua orang, perlu dirawat, dijaga, hingga dimanfaatkan oleh sang empunya.
Kita sama-sama menghargainya melebihi sebuah pusaka. Akhirnya tergolong orang beruntung bukan kaum buntung yang menyesal dikemudian hari.
Salam,
Sebuah Persembahan: Sisipagi Media Group. Untuk kalian yang peduli penulis silahkan kunjungi laman berikut >>>>> Peduli Penulis




















Leave a Reply