Arti Demokrasi dan matinya Nurani

Arti Demokrasi dan matinya Hak Asasi Manusia

Goverment of the people, by the people, for the people

Abraham lincoln

Sisipagi.com – Kutipan di atas oleh Abraham Lincoln memberikan gambaran jelas arti demokrasi yang sangat populer kita dengar. Bahwa arti demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Arti demokrasi ini cukup menggambarkan jelas bahwa pemerintahan bukan diperuntukan untuk kelompok tertentu bahkan keluarga tertentu. Namun dalam perjalanan banyak virus diamana terjadi praktik yang membuat kita muak. Ada pembualan dan tidak jarang menabrak nurani asasi kita sebagai manusia dan masyarakat yang memiliki hak hidup. Ada praktik politik dinasti misal dan pelanggaran HAM.

Alasan yang membuat tangan gatal untuk menulis dan mencoretkan sedikit catatan. Juga menyinggung bahwa ada ancaman demokrasi kala politik “orang dalam” terus dilakukan.

Demokrasi dan Konstitusi kita

Mengacu pada etika konstitusi sebagai lambung utama demokrasi di mana ada pengadilan tertinggi di sana dan kita menyebutnya Mahkama Konstitusi. Fenomena terkini daingkatnya cawapres dengan harus mengotak-atik konstitusi maka dibenarkan naiknya salah satu paslon cawapres untuk menabrak undang-undang konsitutusi sebelumnya dengan melahirkan undang-undang yang baru dengan amandemen atau perubahan perundangan yang dilakukan oleh majelis tinggi alias Mahkamah Konstitusi.

Sebagian memandang ini tidak etis sebagian ini sah-sah saja. Mengarah politik dinasti sebagian menyebutnya dan sebagian lainnya menggap ini hanya dinamika politik. Apapun pandangannya kita harus tetap mengambil sikap pada nurani masing-masing. Pantaskah hal ini dilakukan?

Debat perdana capres 2024 beberapa waktu lalu membuat saya terjangkiti ‘virus membual’. Sedikit nakal dan tanpa ragu dengan sadar saya merasa terjangkiti virus sebagaimana istilah saya sebutkan di kalimat sebelumnya. Demokrasi di negri ini telah mematikan nurani asasi. Selain bualan yang mereka jual sebagai janji manis politik, tanpa ragu dan tanpa malu hak asasi manusia alias nyawa yang sudah hilang bukanlah masalah dan harus dilupkan begitu saja. Apa kabar ya keluarga korban?

Salah satu paslon menyerang paslon lainnya. Saling serang ini tidak saja dilihat dari keriuhannya ternyata ada permasalahan serius di mana demokrasi benar adanya akan terancam. Ya praktik orang dalam ini sudah mendarah daging di negri ini. Pertanyaannya, demokrasi kita kini mungkinkah sedang mati suri?

Jujur dalam berdemokrasi

Beranikah elit kita jujur sejak dari hati, pikiran hingga tindakan mereka. Denga adanya kejujuran ini maka dapat dipastikan bahwa alam demokrasi kita bisa dijalankan sebagaimana yang diharpkan. Bung Hatta pernah mengingatkan bahwa kurang pintar itu bisa diperbaiki dengan belajar sedang kurang jujur atau tidak jujur itu sangat sulit diperbaiki.

Bagaimana tidak dari senayan hingga ke bawah bahkan ke tataran pejabat paling kecil itu sudah terang-terangan memutuskan urat malu mereka dengan praktik korupsi yang meraja lela. Mereka bisa berbohong kapan saja, maka kejujuran yang didambkan pada pejabat publik semakin hari harapan itu semakin menipis. Walau tidak semua pejabat demikian adanya. Praktik sebagian besar melakukan maka masyarakat sendirilah yang bisa menjawabnya.

Nurani sudah tak ada lagi. Politisi hari ini masih kah ada yang bersuara lantang. Takut mengkritisi politik dinasti paling tidak beranikah bersuara untuk praktik kotor lainnya misalnya politik uang di mana rakyat dibodohi hanya dengan telur dan mie instan yang diberikan saat kampanye.

Inilah yang saya sebutkan sebagai nurani asasi. Jika politisi berani melakukan hal ini maka demokrasi kita akan semakin hidup dan negri harapan ini benar-benar bisa diharapkan.

Semua kewajaran praktik kotoronya politik di negri ini dari politik uang misal hingga melahirkan pejabat karup. Di hampir semua instansi sebagai studi kasusnya banyak terjadi praktik korupsi.

Praktik korup dan angka korupsi meningkat

Data terbaru saja menunjukan, nilai Indeks Persepsi Korupsi 2023 sebesar 3,82, meningkat sebesar 0,02 poin dibandingkan Indeks Persepsi 2022 (3,80). Inilah kenyataan korupsi besar-besaran negri ini. Selalu meningkat ari tahun ke tahun. Artinya pelaku korup atau mereka yang berani mengambil hak rakyat yang mati-matian bayar pajak sana-sini akhirnya dikantongi sana sini dengan semena-mena oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.

Hal di atas telah membuat kita buta, bungkam bahkan bisa jadi telinga kita tuli. Keburukan di depan mata dan tidak adalagi ruang kebaikan dalam praktik demokrasi kita. Wajar ada banyak penulis kenamaan dunia menulis bahwa demokrasi terancam hingga bisa akan mati di banyak negara termasuk di negri kita.

Senerai penutup: Di mana nurani kebaikan kita?

Berbicar nurani dan asasi kita bahwa masih kah ada kebaikan di demokrasi kita. Ada baiknya kita tutup tulisan ini ungkapan menarik oleh salah satu penulis, filosof juga jurnalis kenamaan asala Amerika Mark Twain.

Kindness is the language which the deaf can hear and the blind can see

mark twain

Kebaikan adalah sebuah bahasa dimana orang tuli bisa mendengar dan orang buta bisa melihat. Sebuah renungan mendalam untuk semua bahwa benarkah kita dapat melihat dan mendengar hari ini dimana praktik kotor masih terjadi di sana sani.

Tulisan ini tidaklah memuat tendensi untuk pihak manapun. Hanya mencoba untuk membuka mata dan nurani. Semoga saja ada kebaikan di dalamnya.

Salam

~~~

Untuk kalian yang peduli dan menikmati tulisan ini lalu berkenan memberikan tip buat penulis, caranya? Silahkan klik laman berikut: tip dan jajan penulis , terimakasih. 

Writer, Lecturer, Editor: Keseharian menulis, dosen tamu di dunia jurnalistik dan menyusun buku berbagai isu.